Iman yang Lebih Hidup

“Bekerja di lingkungan Katolik, membuat iman saya lebih hidup.”

Sekolah Santo Yakobus menjawab kebutuhan pendidikan lanjut jenjang Sekolah Menengah Pertama dengan membuka kelas 7 pada Tahun Pelajaran 1995/1996. Pada tahun ini, pendaftar yang masuk berjumlah 88 siswa. Dua tahun berselang, jumlah siswa pun mengalami perkembangan yang signifikan. Pada tahun-tahun inilah mulai dipikirkan untuk merealisasikan pembangunan gedung sekolah yang memadai.

Rencana yang nantinya akan direalisasikan ini berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi yang lama dirasa kurang tepat. Selain berada di bawah tegangan tinggi, kegiatan pembelajaran cukup terganggu dengan intensitas kendaraan yang lalu lalang karena berdekatan dengan daerah industri. Tambahan pula, dalam beberapa tahun berikutnya, dimungkinkan pula perluasan jalan.

Situasi ini tidak menyurutkan langkah Sekolah Santo Yakobus untuk menyiapkan pendidikan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama. Gedung SMP yang tersedia untuk kegiatan belajar mengajar baru dua kelas yang masih sangat sederhana, belum permanen, berupa bedeng dari kayu, ruang tata usaha, dan ruang guru yang sempit, Maka, dapat dibayangkan untuk satu sekolah yang baru dengan satu kelas diisi oleh 42 siswa, tentu cukup padat untuk ukuran kegiatan pembelajaran yang memadai. Belum lagi, guru-guru yang bekerja di unit SMP Santo Yakobus pun relatif baru sedikit.

Tahun pertama dibukanya unit SMP bertempat di lingkungan Sekolah Santo Yakobus, tepatnya di gedung yang bersebelahan dengan TK Santo Yakobus saat ini. Pada tahun kedua (1996), SMP Santo Yakobus berpindah lokasi di Kompleks Walikota Jakarta Utara. Tidak bertahan lama, di tahun ketiga (1997), lokasi SMP Santo Yakobus berpindah di Unit Usaha Karyawan (UUK) yang sekarang menyatu dengan Koperasi. Baru pada tahun keempat (1998), SMP Santo Yakobus berpindah kembali di lingkungan Sekolah Santo Yakobus saat ini. Meskipun sudah menempati gedung yang baru, kegiatan pembelajaran masih belum dapat berjalan sebagaimana mestinya karena harus bergiliran shift pagi dan siang dengan unit SMA yang baru dirintis.

Pelayanan pendidikan unit SMP Santo Yakobus berkembang dari waktu ke waktu. Sebagai sekolah paroki, kesadaran bahwa siapa pun warga paroki, sekalipun kurang mampu, akan diterima, dilayani, dan diberi perhatian khusus. Kesadaran itu pulalah yang mendorong diperkuatnya potensi akademis siswa-siswi SMP Santo Yakobus pada tahun-tahun pertama berdirinya unit ini. Di tahun berikutnya, siswa-siswi SMP Santo Yakobus menjuarai kompetisi Basket di Jakarta Utara. Belum lagi, ada pula yang menorehkan prestasi akademis, dua kali menjuarai kompetisi bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial  sampai tingkat nasional. Dalam sesi wawancara, Ibu Theresia Kusmawanti, S.Pd mengisahkan  bahwa dari sejak bergabung dan merintis unit SMP Santo Yakobus, satu kata yang mewakili pengalaman hidup beliau, yaitu rasa syukur. Bahkan, ketika harus mengalami di tahun-tahun pertama lokasi sekolah yang harus pindah beberapa kali, melawan kemacetan, naik angkutan kota, kebanjiran, rasa syukur ini diwujudnyatakan dalam dedikasi, totalitas, dan rasa memiliki. Maka, beliau pun mengakhiri wawancara dengan ungkapan yang keluar dari kedalaman batinnya, “saya bersyukur karena bekerja di lingkungan katolik, sungguh-sungguh membuat iman saya lebih hidup.”

(dikutip dari Narasi Sejarah Sekolah Santo Yakobus - 2021)