Sejarah Mars Santo Yakobus


Mars Santo Yakobus (1997)

“Sederhana, namun abadi”

Kami Keluarga Santo Yakobus

Bertekad bulat dengan hati tulus

Giat belajar dan tekun berkarya

Turut membangun Nusa bangsa

Pagi hari menjelang. Meski tak terlihat tergopoh-gopoh, tampak beberapa siswa berusaha menyiapkan diri sebaik-baiknya begitu bapak ibu wali kelas menyampaikan link sesi perwalian pagi. Beberapa di antaranya membiarkan kamera tertutup sejenak untuk merapikan dasi. Setelah itu, duduklah dengan tenang di depan layar dengan siap.

Sesi pertama bersama bapak ibu wali kelas pun dimulai. Setelah doa, mendengarkan bacaan Kitab Suci, dan renungan, seluruh siswa diajak untuk dengan khidmat menyanyikan lagu ini dari rumah masing-masing. Tak lupa, tangan kanan mengepal di dada, memegang janji yang terucap ketika menyanyikan bait demi bait, “Kami Keluarga Santo Yakobus, bertekad bulat dengan hati tulus, giat belajar dan tekun berkarya, turut membangun Nusa bangsa. Terus mengasah akal dan budi, beriman takwa pada ilahi. Bergandengan tangan satu hati, dengan semangat mengabdi. Iman tanpa perbuatan mati, itulah amanat sabda suci. Memupuk semangat cinta kasih demi pengabdian suci.”

Lagu ini diciptakan oleh RD Aloysius Susilo Wijoyo. Jika mencermati karya-karya beliau dari waktu ke waktu, lagu yang diciptakan mudah untuk diingat. Tata suaranya pun tidak terlalu rumit. Namun di balik kesederhanaan itu, beliau merangkai kata dengan kedalaman makna. Sebut saja lagu yang saya suka adalah “Betapa Indahnya”.

Malam itu, kami diberi kesempatan untuk mewawancarai beliau tentang Mars Santo Yakobus ini. Perjumpaan dan pembicaraan yang terjadi pun ringan. Namun, ketika pertanyaan pamungkas  kami sampaikan, beliau berkisah dengan lugas makna yang termuat tiap baitnya.

Mars Santo Yakobus dibuat pada saat Romo Susilo berkarya sebagai pastor rekan di Paroki Santo Yakobus (1997). Kala itu, Romo Susilo diminta untuk membuat Mars SantoYakobus oleh ibu Susianti yang menggantikan ibu Martina (TK).

Proses lagu ini dipakai di sekolah mengalir begitu saja. Lagu diserahkan pada Pak Marsianus Balita yang kala itu menjadi guru Seni Musik. Di kemudian hari, Pak Maxi, demikian sapaannya, membuat aransemen, mengajarkan dan sering dinyanyikan, terutama dalam event sekolah. Mars Santo Yakobus pun menjadi Mars Sekolah.

Setiap bait Mars Santo Yakobus memiliki makna yang mendalam. Belajar adalah kata kunci yang perlu dimaknai secara menyeluruh. Jika diasah semakin tajam, belajar tidak saja mengasah aspek intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual. Hal itu dapat dicapai dengan bergandengan tangan dan didorong pula dengan semangat mengabdi. Perekat seluruh usaha itu adalah semangat cintakasih. Hingga akhirnya ditegaskan dalam pengabdian suci.

Mars Santo Yakobus ditulis dengan syair yang sederhana. Nadanya pun akrab di telinga anak-anak, mudah dihapal dan dikuasai. Di dalamnya, didapati kutipan surat Yakobus 2:17, “Iman tanpa perbuatan mati.” Awal mula, lirik yang dituliskan adalah “Kami, siswa-siswi Santo Yakobus.” Dalam perkembangannya, dirasakan kebutuhan untuk mengubah lirik agar dapat dinyanyikan oleh seluruh keluarga besar Sekolah Santo Yakobus. Sekarang, syair “Kami, keluarga Santo Yakobus” akrab terdengar di telinga.

Akhir cerita, yang mengesankan adalah ungkapan beliau. “Masa pandemi ini membuat saya suka jalan-jalan pagi di sekitar Gereja sambil mendengarkan lagu-lagu zaman dulu. Sampai sekarang, lagu itu enak didengar. Sederhana, namun abadi.”

(Wawancara eksklusif dengan RD. Aloysius Susilo Wijoyo | Rabu, 3 Maret 2021)